*KISAH NYATA: PENYESALAN SEORANG SUAMI*
_KARENA SALAH LANGKAH DALAM MENJALANKAN SYARI'AT ALLAH_
--ISTRI WAJIB BACA--
Kisah NYATA yang mungkin bisa diambil ibrohnya terutama bagi kaum Adam yang ingin berpoligami.
Sayap - sayap patah 🌷
Kala jari jemariku menulis kalimat² ini karena mataku yang tak sanggup lagi menampung perihnya airmata..
Kawan.....
Semua yang disyariatkan Allah adalah benar yang harus kita lakukan...
Dan Syari'at itu tidak pernah salah dan keliru yang menjadikannya hancur adalah pribadi manusia.....
Sebut saja namaku Abdullah.
Aku diberi Allah pendamping yang supel, pintar, rajin dan sangat sholihah.
sebut saja namanya Aisyah, hidupku sangat bahagia apalagi Aisyah telah memberiku dua orang putra dan satu orang putri..
Rumah tanggaku sangat bahagia.
Suatu hari hatiku di uji oleh Allah Aku jatuh cinta pada seseorang gadis yang sangat cantik dan lebih mudah,
sebut saja namanya Fatimah yang lebih membuatku semakin kuat ingin menikah lagi dengan Fatimah karena ia sangat sholihah dan bersedia menjadi istri kedua ku.
Akhirnya aku putuskan untuk menikah dengan Fatimah,
aku sudah memberi tahu istriku namun Aisyah tidak menjawab apa²... .
Yang kulihat hanya airmata yang tiba² jatuh sa'at ku sampaikan itu, aku tak peduli....
Toh nanti juga dia akan menerima....
Terjadilah pernikahan antara aku dan Fatimah..
Awalnya memang agak susah tapi lama ke lamaan akhirnya baik² saja hanya saja Aisyah sedikit lebih pendiam dari setelah aku menikah lagi.
Waktu terus bergulir tidak terasa aku sudah membinah rumah tangga dengan Fatimah sudah satu tahun dan dikaruniai seorang putri yang sekarang berusia 6 bulan, sementara Aisyah tidak banyak yang berubah darinya,..
Hari-hari terus bergulir dan aku mulai bosan dan jenuh,
sehingga terjadilah badai dalam keluargaku,
aku ingin mencereikan salah satu istriku, akhirnya terjadi pertengkaran dalam keluargaku dan jatuhlah talak ku pada Aisyah, kulihat ada airmata di wajahnya namun dia terus diam dalam kebisuan air mata..
Ku biarkan Ghozy, Ghassan dan Balqis anak anak² ku ikut dengan Aisyah karena aku tahu mereka pasti akan memilih ibunya..
Tahun berganti tahun..
Hidupku dengan Fatimah pun mulai goyang, sebenarnya aku sangat bahagia dengannya namun sifat manja dan tidak memahami perasaanku membuatku tidak nyaman, dan tak jarang rumah tangga kami mulai diterpa pertengkaran.
Suatu ketika kami pernah bertengkar hebat dan membuat aku enggan pulang ke rumah,
akupun mampir disebuah mesjid, kularutkan diri dalam sholat....
Dalam mesjid itupun aku rindu dengan Aisyah dan anak² ku..
Tapi dimana mereka?
7 tahun yang silam sa'at aku mentalak Aisyah,, Ghozy putra pertamaku berusia 5 tahun, dan Ghassan berusia 4 tahun sementara Balqis berusia 1 tahun.
Hingga kini aku tak pernah mananyakan kabar mereka apalagi mengirimkan mereka biaya hidup..
Sungguh semakin membuatku menderita memikirkan nya .....
Sa'at itu hujan turun dengan lebatnya..
Aku pelan² dan diam² mulai mencari Aisyah dan anak² ku,
namun hasilnya tak berhasil,
aku mulai menanyakan kiri kanan pada keluarganya atau pada teman teman Aisyah tapi tetap nih...
Mereka hilang bagai ditelan bumi..
Dimana mereka ya Allah..
Do'aku dalam hati.
Aku semakin ketakutan manakala tak mendapat info apa² tentang mereka.
Pikiran ku semakin tak menentu..
Di sisi lain Fatimah hidup denganku dengan sejuta tuntutan.
Hari-hari pun terus berlalu..
Bahkan hampir 6 bulan aku mencari mereka.. Hingga pada suatu hari sehabis mengikuti kajian..
Tiba-tiba seorang ustadz mendekatiku "Abdullah... Apakah kau sudah bertemu Aisyah dan anak² mu......?"
ku geleng kan kepala dengan air mata.. Kerinduan....
Ustadz itu berkata
"insyaallah mereka baik² saja"
perkataan sang ustadz membuatku menatap wajahnya lekat²....
Wajah sang ustadz seolah tersirat ia mengetahui keberadaan Aisyah dan anak² ku... Ternyata benarlah dugaan ku sang ustadz memberi tahu setelah ku desak dimana Aisyah dan anak² ku..
Aisyah menghilang dalam hidupku dan menetap di sebuah kota yang sangat jauh dari tempat yang pernah menjadi kota tempat kami sa'at membina rumah tangga..
Jauh dan sangat jauh...
jarak tempuhnya 4 hari perjalanan....
Di sebuah pondok pesantren dipelosok desa tepat dilereng gunung...
Sa'at itu aku berangkat bersama sang ustadz sebagai petunjuk dan mediator yang mempertemukan aku dengan dia Aisyah.. Perjalanan yang panjang membuat aku dan sang Ustadz ingin beristirahat sejenak..
Mampirlah kami disalah satu mesjid di tempat itu.
Dada ku bergemuruh, perasaanku tak menentu, aku jadi ketakutan manakala anak² ku tidak mau melihatku apalagi menerima ku...
terus ku yakinkan hatiku..
Tiba-tiba lamunanku hilang oleh merdunya suara adzan, airmata ku menetes menghayati kalimat sang mu'adzin.. Sa'at itu waktu maghrib... Aku dan Ustadz memutuskan bermalam dimesjid tersebut.
Allahu Akbar...
Suara imam menggema aku tenggelam dalam sholat oleh tartilnya bacaan imam.. Menunjukkan sangat fasih dalam melafalkan Al Qur'an..
Setelah selesai sholat sang imam memberikan tausyiah singkat tentang hargailah orang yang selalu bersama Kita.. Lisan sang imam benar² mengiris hatiku...
Keesokan hari dikala shubuh menjelang aku berdo'a ya ALLAH pertemukan aku dengan Aisyah dan anak² ku... Adzan shubuhpun berkumandang.... Sebelum sholat sang ustadz berkata insyaallah pagi ini kau akan bertemu dengan putra pertamamu...
Semakin bergemuruh hatiku ditambah lagi suara sang imam membuat para jama'ah memecahkan tangisan.. Sungguh desa dan tempat yang dipilih Aisyah besar² sangat damai dari kebisingan dunia.
Benar lah pagi itu aku bertemu dengan putra sulungku Ghozy yang tiada lain adalah imam yang dari tadi malam membuat jama'ah menangis karena tartilnya membaca Qur'an...
Hatiku bergemuruh..
Dalam usia yang sangat mudah ia telah memiliki ilmu setara gurunya.. Hatiku kembali bergemuruh mana kala melihat nya tumbuh menjadi penghafal Qur'an...
Menetes air mata ku kepeluk dia erat sekali kutanyakn kabar ibu dan adik adik nya.....
Dengan gaya bahasa yang sangat sopan Ghozy menceritakan perjalanan ibunya menanggung ketiga anaknya tanpa ada sosok ayah..
Ghozy telah di dewasakan oleh ilmunya walau ia baru berumur 14 tahun...
Kisah perjalanan istrinya di dengar dengan airmata tak terbendung...
Hati Abdullah semakin merinding kala Ghozy mengatakan bahwa adiknya Ghassan yang usia beda setahun dengan Ghozy telah berangkat ke madinah karena prestasinya..
Disisi lain Balqis yang berusia sembilan tahun telah selesai mengikuti program kelas tahfidz.. Ghozy dengan tegas mengatakan kami semua bisa seperti yang Abi dengar karena sosok ibu yang telah abi tinggalkan..
Umi membesarkan dan mendidik kami untuk lebih mencintai Allah..
Umi memberi kami makan dari hasil kerjanya sebagai orang yang mencuci piring di dapur pondok ini....Abi....
Umi tak pernah mengajari kami untuk membencimu tapi ketahuilah kau adalah ayah kami, tapi kau tak layak jadi suami dari ibuku....
Kalimat itu terdengar bagai petir..
Dunia terasa gelap.. Wajah ku menunduk.. Aku tak tahu harus berbuat apa.
Untuk mu yang sedang membaca tulisan ku... Jangan kau berbuat seperti ku..
Seseorang yang ada disampingmu sekarang adalah orang terbaik yang di pilih Allah untukmu maka jangan sia² kan...
Aku tak bisa melanjutkan tulisanku ini karena airmata ku menghalangi pandangan ku....
Untukmu istriku Aisyah..
Walau aku tak layak untukmu...
Kini kau bukti kan bahwa sikapmu adalah cerminan dari namamu..
Hal terindah dalam hidupku kau telah menjadikan anak² ku sebagai jundi² sejati....
Untukmu istriku Aisyah.. Dikala Allah mempertanyakan diriku tentang anak² ku..
Apa yang menjadi hujjah ku...?
Untukmu istriku Aisyah... Aku telah membuang berlianku...
sungguh anak² kita tumbuh menjadi anak² muttaqiin..
Satu hal yang ku mohon pada Allah..
Aku diberi kesempatan untuk berkumpul dan menembus dosa dan kesalahan dengan kalian.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
IBROH YANG BISA DIAMBIL DARI KISAH INI,
BAHWA BERSYUKUR SELALU KEPADA ALLAAH DENGAN ORANG² TERDEKAT SA'AT INI,
LENGKAPI KEKURANGANNYA,
TUTUPI CACATNYA,
PUJILAH ALLAH SELALU ATAS KEBAIKANNYA✏📚🌹🍃
🍃NB:
JIKA ANDA MENDUKUNG PERJUANGAN DAKWAH FANSPAGE INI,
KAMI MINTA DO'ANYA & BANTU SHARE POSTINGAN INI BIAR SEMAKIN BANYAK YANG BISA MEMETIK MANFA'AT ...
DAN SEMOGA BEKAL AMAL JARIYAH BAGI ANDA...
Aamiin Yaa Robbal Aalamiin..
0 Comments